Sejarah Emo
Emo (pengucapan i;mou) berasal
dari bahasa inggris akronim dari Emotional, secara definitif emotional adalah
Luapan perasaan seseorang, secara historis istilah emo lahir dari dunia musik
dan sekarang sedang berkembang, emo dalam musik sering disebut musik yang penuh
haru/kesedihan, kegembiraan, dan semangat yang intinya adalah musik yang
benar-benar keluar dari luapan perasaaan yang di tuangkan kedalam sebuah lagu,
dan subgenre baru dari emo adalah screamo yang lebih agresif.
Emo lahir pada pertengahan 1980 di
Washington lewat DC Scene, grup band beraliran punk-melodic
sering disebut-sebut perintisnya adalah Rites of Spring dan Embrace dan Emo
yang mulai populer sebagai genre musik pada awal 2000-an mengikuti kesuksesan
Jimmy Eat World dan Dashboard Confessional kritikus musik dan wartawan sering
menyebut musik yang dibawakan berbagai artis, termasuk Fall Out Boy dan My
Chemical Romance, serta grup-grup yang unik seperti Coheed and Cambria dan
Panic at the Disco termasuk kedalam musik yang beraliran emo, sebab Lagu-lagu
yang diusungnya didominasi nuansa emosi, seperti perasaan cinta, kasih sayang,
marah, kesal, dan segala hal yang bermuatan asmara.
Kalau aliran skinhead lahir dari
rasa perlawanan terhadap mainstream membosankan kapitalisasi, sedangkan punk
memperluas pengaruh dari fashion, keinginan bergaya, hingga aliran musik,
maka emo pada dasarnya merupakan bentuk perlawanan yang sama terhadap
subkultur di atas yang belakangan dinilai telah dimasuki paham kapitalisme dan
fashionable Atau bisa disebut juga lawan/kebalikan dari Punk dan Skinhead, Emo
sengaja diciptakan sebagai salah satu “senjata” untuk memerangi dan mengalahkan
ideologi Skinhead dan Punk, Segala jenis atribut yang mereka (Emo) kenakan yang
lebih menonjolkan kemewahan, merk. Sudah jelas mereka bukan Skinhead-punk yang
sebenarnya. Emo hanyalah sebuah bentuk kapitalisme musik, dan ideologi
Pro-kemapanan yang dikemas dan menyusup rapi ke dalam ideologi skinhead-punk
yang selama ini sudah berakar kuat dalam benak para pengikutnya.
Pada 1984, Guy Picciotto, penggemar
Minor Threat, mendirikan group musik Rites of Spring. Genre lagu
yang ditekuni group ini menabrak batasan-batasan hardcore. Hal ini
tampak pada warna musik yang melodius dan penuh luapan emosi pribadi. Ciri
semacam ini yang menjadi cikal bakal aliran emo.
Saat itu, kekerasan di komunitas hardcore
meningkat tajam sebagai reaksi ketidaksenangan terhadap Ian MacKaye. Pentolan
group musik Minor Threat itu dinilai telah mengkhianati komunitas karena
mengubah fokus musiknya menjadi politis individual.
Emo mendapat reaksi yang cukup beragam. Para penganut “asli” skinhead
berpendapat bahwa emo adalah bentuk dekadensi dan awal kehancuran
idealisme skinhead-punk, bahkan tak lebih dari bentuk kapitalisme musik.
Namun, ada juga yang berpendapat
sebaliknya; emo dinilai sebagai bentuk inovasi dan kreativitas baru yang
mengambil inspirasi dari skinhead dan punk.
Puncak perkembangan emo secara
internasional berlangsung pada era 1990-an, ditandai dengan meroketnya
band-band melankolis seperti Slightly later, One Last Wish, Beefeater, Gray
Matter, Fire Party, Embrace, dan Moss Icon.
Emo's Fashion Equipments
Atribut/Equipment adalah identitas (jati
diri), walaupun tak jarang, para pengikut dari rentang waktu yang jauh,
mengenakan atribut tanpa mengerti makna sebenarnya dari atribut-atribut
tersebut. Karena sebuah aliran biasanya lahir sebagai bentuk perlawanan, maka
fungsi atribut tersebut pada awalnya untuk membedakan diri dan kelompok.
Dan di dalam emo, atribut itu
memiliki makna kebebasan berekspresi. Pergeseran makna itu pun tak lepas dari
bentuk perlawanan emo, dari paham yang ter-individualisasi menjadi
sepenuhnya individual (Lonely Totally).
Atribut emo yang paling kentara
adalah tindik, tato, dan piercing. Konon, atribut ini berasal dari
aliran skinhead dan punk yang melambangkan perlawanan terhadap kapitalisme
pemerintahan.
Atribut
emo secara umum antara lain :
1. Tindik
Anting,
Peircing ( digunakan pada teling, bandul telinga, hidung, pelipis, alis, lidah
bibir. Malah ada yang digunakan disemua bagian itu)
2. Sepatu
Converse
3. Baju
Kaos
Distro, Blazer, Kemeja.
4. Celana
Jeans
staprest, Hipster.
5. Drugs dan Alkohol
Merekok,
Alkoholik, Drgus tidak dipakai sama sekali.
6. Kendaraan
Tidak
memiliki Kendaraan yang spesifik.
7. Rambut
Rambut
Emo.
8. Perhiasan
Kalung,
gelang, Jam tangan, Hand-Band, Cincin.
9. Pewarna Rambut
Memakai
(biasanya berwarna merah)
10. Make-Up wajah
Memakai
seperti eye-Shadow/eye-liner, Lip-gloss.
11. Topi
Topi
Emo
12. Tatoo
Memakai
tetapi minimalis
Perkembangan emo-culture di
Indonesia boleh dibilang ironis. Bagaimana tidak, bangsa ini menyerap budaya emo
tanpa proses sensor yang mencukupi. Bagaimanapun, emo memiliki
catatan buruk di mana budaya ini melahirkan generasi patah hati, emosional, dan
individual.
Di beberapa Negara, emo-culture
mendorong berkembangnya kecenderungan masokis (menyakiti diri) sebagai
ekspresi perasaan putus asa.
Walaupun belakangan ini kita boleh
berlega hati karena ada sekalangan aktivis emo yang mengajak anak-anak emo
untuk lebih menghargai hidup dan berjuang mengatasi masalah mereka.
Sumber 1
Sumber 3Sumber 1