Sabtu, 23 Juli 2011

Emo Culture



Sejarah Emo
Emo (pengucapan i;mou) berasal dari bahasa inggris akronim dari Emotional, secara definitif emotional adalah Luapan perasaan seseorang, secara historis istilah emo lahir dari dunia musik dan sekarang sedang berkembang, emo dalam musik sering disebut musik yang penuh haru/kesedihan, kegembiraan, dan semangat yang intinya adalah musik yang benar-benar keluar dari luapan perasaaan yang di tuangkan kedalam sebuah lagu, dan subgenre baru dari emo adalah screamo yang lebih agresif.

Emo lahir pada pertengahan 1980 di Washington lewat DC Scene, grup band beraliran punk-melodic sering disebut-sebut perintisnya adalah Rites of Spring dan Embrace dan Emo yang mulai populer sebagai genre musik pada awal 2000-an mengikuti kesuksesan Jimmy Eat World dan Dashboard Confessional kritikus musik dan wartawan sering menyebut musik yang dibawakan berbagai artis, termasuk Fall Out Boy dan My Chemical Romance, serta grup-grup yang unik seperti Coheed and Cambria dan Panic at the Disco termasuk kedalam musik yang beraliran emo, sebab Lagu-lagu yang diusungnya didominasi nuansa emosi, seperti perasaan cinta, kasih sayang, marah, kesal, dan segala hal yang bermuatan asmara. 

Kalau aliran skinhead lahir dari rasa perlawanan terhadap mainstream membosankan kapitalisasi, sedangkan punk memperluas pengaruh dari fashion, keinginan bergaya, hingga aliran musik, maka emo pada dasarnya merupakan bentuk perlawanan yang sama terhadap subkultur di atas yang belakangan dinilai telah dimasuki paham kapitalisme dan fashionable Atau bisa disebut juga lawan/kebalikan dari Punk dan Skinhead, Emo sengaja diciptakan sebagai salah satu “senjata” untuk memerangi dan mengalahkan ideologi Skinhead dan Punk, Segala jenis atribut yang mereka (Emo) kenakan yang lebih menonjolkan kemewahan, merk. Sudah jelas mereka bukan Skinhead-punk yang sebenarnya. Emo hanyalah sebuah bentuk kapitalisme musik, dan ideologi Pro-kemapanan yang dikemas dan menyusup rapi ke dalam ideologi skinhead-punk yang selama ini sudah berakar kuat dalam benak para pengikutnya.

Pada 1984, Guy Picciotto, penggemar Minor Threat, mendirikan group musik Rites of Spring. Genre lagu yang ditekuni group ini menabrak batasan-batasan hardcore. Hal ini tampak pada warna musik yang melodius dan penuh luapan emosi pribadi. Ciri semacam ini yang menjadi cikal bakal aliran emo

Saat itu, kekerasan di komunitas hardcore meningkat tajam sebagai reaksi ketidaksenangan terhadap Ian MacKaye. Pentolan group musik Minor Threat itu dinilai telah mengkhianati komunitas karena mengubah fokus musiknya menjadi politis individual.

Emo mendapat reaksi yang cukup beragam. Para penganut “asli” skinhead berpendapat bahwa emo adalah bentuk dekadensi dan awal kehancuran idealisme skinhead-punk, bahkan tak lebih dari bentuk kapitalisme musik.

Namun, ada juga yang berpendapat sebaliknya; emo dinilai sebagai bentuk inovasi dan kreativitas baru yang mengambil inspirasi dari skinhead dan punk

Puncak perkembangan emo secara internasional berlangsung pada era 1990-an, ditandai dengan meroketnya band-band melankolis seperti Slightly later, One Last Wish, Beefeater, Gray Matter, Fire Party, Embrace, dan Moss Icon.

Emo's Fashion Equipments
Atribut/Equipment adalah identitas (jati diri), walaupun tak jarang, para pengikut dari rentang waktu yang jauh, mengenakan atribut tanpa mengerti makna sebenarnya dari atribut-atribut tersebut. Karena sebuah aliran biasanya lahir sebagai bentuk perlawanan, maka fungsi atribut tersebut pada awalnya untuk membedakan diri dan kelompok. 
Dan di dalam emo, atribut itu memiliki makna kebebasan berekspresi. Pergeseran makna itu pun tak lepas dari bentuk perlawanan emo, dari paham yang ter-individualisasi menjadi sepenuhnya individual (Lonely Totally).

Atribut emo yang paling kentara adalah tindik, tato, dan piercing. Konon, atribut ini berasal dari aliran skinhead dan punk yang melambangkan perlawanan terhadap kapitalisme pemerintahan.
Atribut emo secara umum antara lain :
1.       Tindik
Anting, Peircing ( digunakan pada teling, bandul telinga, hidung, pelipis, alis, lidah bibir. Malah ada yang digunakan disemua bagian itu)

2.       Sepatu
Converse

3.       Baju
Kaos Distro, Blazer, Kemeja.

4.       Celana
Jeans staprest, Hipster.

5.       Drugs dan Alkohol
Merekok, Alkoholik, Drgus tidak dipakai sama sekali.

6.       Kendaraan
Tidak memiliki Kendaraan yang spesifik.

7.       Rambut
Rambut Emo.

8.       Perhiasan
Kalung, gelang, Jam tangan, Hand-Band, Cincin.

9.       Pewarna Rambut
Memakai (biasanya berwarna merah)

10.   Make-Up wajah
Memakai seperti eye-Shadow/eye-liner, Lip-gloss.

11.   Topi
Topi Emo

12.   Tatoo
Memakai tetapi minimalis

Adapun atribut emo yang kita kenal sekarang -terutama di Indonesia- adalah kombinasi celana ketat dipadu kemeja flannel dan kaos hitam, dilengkapi dengan tindik-tindik di hidung, telinga, bibir, bahkan lidah. Dan yang tidak ketinggalan adalah rambutnya yang berponi melintang.

     


Perkembangan emo-culture di Indonesia boleh dibilang ironis. Bagaimana tidak, bangsa ini menyerap budaya emo tanpa proses sensor yang mencukupi. Bagaimanapun, emo memiliki catatan buruk di mana budaya ini melahirkan generasi patah hati, emosional, dan individual.

Di beberapa Negara, emo-culture mendorong berkembangnya kecenderungan masokis (menyakiti diri) sebagai ekspresi perasaan putus asa. 

Walaupun belakangan ini kita boleh berlega hati karena ada sekalangan aktivis emo yang mengajak anak-anak emo untuk lebih menghargai hidup dan berjuang mengatasi masalah mereka.

Sumber 1
Sumber 3

Search