“Tidak ada satu bencana pun
yang menimpa dibumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri, melainkan sudah
tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya
yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hadid: 22)
Jika memang
musibah itu datangnya dari Allah, lalu untuk apa sebenarnya Allah memberikan
hal-hal yang buruk itu kepada manusia? Bukankah hal ini malah akan menyebabkan
manusia itu rusak dan hancur? Kenapa Allah tega melakukan ini kepada kita?
Terkadang
kata-kata seperti itu sering terucap di dalam hati kecil dan benak kita, terlebih lagi ketika kita
sedang disudutkan oleh masalah yang terkesan tiada berujung. Hati dan otak kita
sukar berfikir dengan benar sehingga cenderung untuk berpikir buruk dan
berprasangka yang tidak baik kepada allah.
Sesungguhnya
dibalik semua musibah dan kesedihan yang diberikan Allah kepada manusia,
tersimpan suatu hikmah dan rahmat yang besar yang kadang tidak disadari oleh
manusia itu sendiri. Beberapa diantara hikmah yang diberikan oleh Allah di
balik musibah adalah:
1. Musibah sebagai Ujian Iman
“Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkatan (dalam kehidupan).” (QS.
Al-Insyiqaaq: 19)
Hidup ini
diciptakan dalam jenjang-jenjang tingkatan yang berbeda-beda, begitu pula
manusia yang menempatinya. Setiap manusia memeiliki jenjang tingkat diri yang
berbeda-beda.
Jika kita
sekolah, untuk naik kelas atau tingkat yang lebih tinggi sebelumnya harus
mengikuti ujian terlebih dahulu, bukan? Begitu juga dalam hidup ini. Dalam
beberapa titik-titik tertentu dalam kehidupan kita, Allah akan memberikan
beberapa ujian yang kesemuanya itu sebenarnya dimaksudkan untuk meningkatkan
“kelas” kita.
Tentunya
kita tidak ingin berada pada “kelas rendahan” saja, bukan? Kita juga pastinya
tidak ingin “tidak naik kelas” di dalam hidup.
Untuk
itulah Allah memberikan beberapa ujian yang kesemuannya sebenarnya berguna
untuk setiap orang untuk meningkatkan “kelas” atau derajatnya di dunia ini.
Karena semakin tinggi kelas atau derajat seseorang dimata Allah, maka akan
semakin besar balasan nikmat yang akan diberikan oleh Allah kepadanya.
Di dalam
Al-Qur’an, banyak sekali ayat yang menyebutkan bahwa liku-likku hidup ini
sebenarnya hanyalah ujian atau cobaan semata. Kadang ada pula ayat yang
diulang-ulang pada beberapa tempat, karena semua ini begitu penting dan
dimaksudkan agar manusia mengerti hakikat sebenarnya dari ujian tersebut.
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di
antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS.
Al-Mulk: 2)
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai
ujian, dan seusungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS.
Al-Anfaal: 28)
“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan
(juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari oran-orang yang diberi Kitab
sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang
banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertawa, maka sesungguhnya
yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.” (QS. Ali-Imran:
186)
Ujian yang
diberikan oleh Allah bukan hanya dalam bentuk kekurangan saja, tetapi juga
dalam bentuk kelebihan (seperti kekayaan, kepandaian, kecantikan, dan
sebagainya). Justru ujian semacam inilah yang paling berat karena biasanya
manusia tidak sadar bahwa dirinya sedang diuji oleh semua kelebihan yang
dimilikinya.
“Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya
kepada Kamilah kamuu dikembalikan” (QS. Al-Anbiyaa: 35)
“Dan Kami uji mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang
buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada) kebenaran” (QS. Al-‘Araaf: 168)
Jika seseorang
diberi kemiskinan dan kekurangan, ia diuji dengan kemiskinan atau kekurangannya
itu. Apakah ia bisa bersabar dan tabah menerima segala kesulitan hidup yang
dialaminya. Sedangkan jika seseorang diberi kekayaan dan kelebihan, sebenarnya
ia juga sedang diuji dengan itu. Apakah dengan segala kelebihannya itu
(kekayaan, kecantikan, kepintaran, dan sebagainya), ia bisa memanfaatkannya
untuk hal-hal yang baik dan tidak melupakan Allah sebagai zat Maha Kuasa lah
yang telah memberi semuanya itu untuknya.
Banyak sekali
manusia yang sombong, yang merasa bahwa semua kelbihan yang iamiliki itu adalah
dari dirinya sendiri, padahal semuanya itu adalah pemberikan sekaligus ujian
dari Allah. Dan Allah berfirman:
“Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru pada Kami, kemudan apabila Kami berikan kepadanya nikmat
dari kami ia berkat, ‘Sesungguhnya aku diberik nikmat itu hanyalah karena
kepintaranku.’ Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak
mengetahui.” (QS. Az-Zumar: 49)
Jadi
jalanilah segala musibah dengan sebaik mungkin. Anggaplah itu sebagai ujian
untuk meningkatkan iman, kelas, atau derajat kita di mata Allah. Jika mampu
melwati musibah dengan baik, tidak melupakan Allah, tidak menggerutu, mampu
terus menjalani hidup dengan baik, itu tandanya Anda sudah lulus dari ujian
besar dari Allah dan derajat Anda sudah dinaikkan.
2. Musibah Sebagai Alat Pematangan Diri
Pada
perjalanan kehidupan ini, Anda akan melwati tik-tidk penting yang akan menempa
mental Anda agar leibh matang dari sebelumnya. Tempaan mental ini bisa
bermacam-macam bentuknya, tergantung kepada pribadi masing-masing orang.
Setiap manusia
tidak selamanya hidup sebagai bayi yang selalu mendaptkan semua hal yang
diinginkannya. Pada saatnya nanti dia harus disapih, dia harus terbang dari
sarangnya, dia harus mengetahi kerasnya hidup ini, dia harus mengetahi yang
baik dan yang benar, serta mampu bertanggung jawab atas segala perbuatan yang
dilakukannya. Itulah yang namanya kedewasaan, itulah yang namanya kematangan
diri.
Kedewasaan selain
dibentuk oleh pribadi masing-masing, juga dibentukoleh pengaruh luarr. Semua yang
dia lihat, semua yang dia alami, semua yang dia rasakan, secara langsung atau
tidak langsung akan memengaruhi dirinya dan membentuk kedewasaanya. Salah satu
faktor luar yang paling berpengaruh dalam mematangkan diri manusia adalah
pengalaman merasakan musibah dan kesedihan.
Jika manusia
ditimpa suatu musibah yang begitu beratnya, sedikit banyak dia akan mengubah dirinya.
Seorang yang diberikan tantangan berat terpaksa harus mampu menyesuaikan
dirinya untuk mengatasi tantangan tersebut. Dia harus bisa melakukan apa saja
yang menurutnya terbaik untuk lepas dari kesedihan dan musibah apasaja yang
menurutnya terbaik untuk lepas dari kesedihan dan musibah tersebut. Dia harus
belajar menerima keadaan, belajar mengalah, sabar, belajar mengatasi masalah
dan menjadi dewasa.
Jika kita
mampu melwati suatu musibah dengan baik, berarti kematangan dirinya akan
bertambah. Tetapi jika dia hanya menangis, bersedih, menggerutu, itu berarti
dia belum bisa menjadi dewasa akan akeadadan yang terjadi di sekitarnya.
3. Musibah Sebagai Peringatan
Banyak yang
menyangka bahwa musibah itu adalah azab dari Allah, bahwa musibah itu adalah
tanda murkanya Allah kepada kita yang sudah banyak berdosa kepada-Nya. Akan tetapi
cobalah kita pikir ulang, ketika manusia masih diberi hidup setiap harinya,
artinya diammasih diberi kesempatan dan kasih sayang Allah. Allah yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang tidak pernah member siksa, tetapi itu hanyalah
sebuah peringatan bagi hamba-Nya yang mungkin sudah mulai melenceng dari jalan
yang benar.
“Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah,
dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya
dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.” (QS. An-Nisaa’: 40)
Jika kita
diberi peringatan, itu tandanya Allah mmasih peduli kepada kita. Itu tandanya
Allah masih ingin agar kita berubah menjadi lebih baik, agar kita kembali ke
jalan-Nya yang lurus.
Manusia kadang
tidak menyadari bahwa dirinya setiap hari diuji dan diperingatkan oleh Allah. Sebenarnya
setiap kejadian yang menimpa diri kita bukanlah kebetulan atau sia-sia belaka. Bagi
orang yang benar-benar beriman, semua kebaikan dan keburukanada hikmahnya. Semua
musibah yang menerima dirinya dianggap sebagaiperingatan dari Allah karena
mungkin dia sudah agak “keluar jalur” dari yang ditetapkan oleh Allah.
Sekali lagi,
selama kita masih hidup, itu tandanya Allah masih memberikan kesempatan untuk
berbuat baik. Jadi, kembalilah kepada Allah! Berbuat baiklah sebelum terlambat.
4. Musibah Sebagai Pengobat Penyakit Hati
Jika
manusia tidak pernah ditimpa kesulitan sedikit pun di dunia, ia tentu akan
menjadi sombong dan takabur. Allah sengaja memberikan musibah kepada manusia
sebagai penawar dari penyakit-penyakit hati yang bisa membawa manusia
kedalamkehancuran yang lebih jauh, baik di dunia maupun untuk akhirat.
Banyak sekali
kita lihat manusia yang bersifat ujub (merasa hebat) atau sombong karena merasa
telah mendapatkan seluruh apa yang diinginkannya dalam dunia. Di merasa sudah
hebat karena kedudukannya yang tinggi, karena kaya, karena tampan, karena
sehat, punya istri cantik, dan sebagainya. Jika seorang tidak pernah ditimpa kejatuhan
selam hidupnya, dia bisa-bisa malah menjadi sombong, angkuh, takabur, dan
melupakan Allah.
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong)
dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)
Untuk itulah
Allah sengaja sedikit memutar roda kehidupannya. Mungkin seseorang yang telah
berada di atas akan diputar hingga berada di bawah. Semua ini bukan dimaksudkan
untukmenjatuhkan manusia itu, tetapi untuk mengobati hatinya yang mulai sombong
agar menyadari bahwa semua yang dimilikinya itu milik Allah, bahwa semua
keduniawiannya itu hanya bersifat sementara.
Disini terlihat
bahwa Allah bersifat sangat pengasih dan penyayang kepada hamba-hamba yang
dikasihi-Nya. Dengan diberi musibah, sebenarnya Allah ingin memperbaiki diri
kita, ingin melindungi hati kita agartidak tercermari oleh penyakit-penyakit
yang dapat mengikis iman maupun pahala kita.
Jadi janganlah
bersifat sombong! Itu sia-sia saja di hadapan Allah. Dengan musibah menandakan
bahwa manusia itu sebenarnya lemah, tidak punya daya apa-apa. Bahwa sebenarnya
dibalik semua ini adakekuatan lebih besar.
5. Musibah Untuk Menyeleksi Iman
Mungkin
banyak manusia yang sering berkata seperi ini: “Lho, saya ‘kan sudah beriman?
Tiap hari sudah rajin shalat dan berdoa. Kenapa sih Allah masih saja memberikan
musibah dan cobaan kepadaku? Seharusnya hidup saya lancar-lancar saja dong! Orang
rajin shalat seperti saya seharsunya tidak perlu mengalami musibah apa pun.”
Siapa
bilang?
Siapa
bilang orang yang beriman tidak akan diuji dan diberi musibah? Malah sebaliknya.
Semakin tinggi tingkat iman tersebut, akan semakin besar ujian yang diberikan
oleh Allah kepadanya. Semua ini sebenarnya adalah untuk kebaikan orang itu
sendiri serta untuk menguji sampai dimana sebenarnya tingkat keimannya. Jika imannya
benar-benar tulen, maka musibah apa pun tidak akan menjatuhkan mentalnya tetapi
malah akan menambah iman dan takwanya kepada Allah. Tetapi jika imannya hanya
polesansaja, musibah sidikit saja akan membuatnya jatuh mental dan kembali
kufur.
“Apakah manusia itu mengira bahwa merka dibiarkan (saja) ketika
mengatakan: ‘Kami telah beriman,’ sedang merka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka,
maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS.
Al-Ankabuut: 2-3)
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga
padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu dan belum
nyata orang-orang yang sabar.” (QS. Ali-Imran: 142)
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga,
padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu
sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta
digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah rasul dan
orang-orang yang beriman bersamanya: ‘Kapankah datangannya pertolongan Allah?’
Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu sangat dekat.” (QS.
Al-Baqarah: 214)
Oleh sebab itulah Allah menimpakan ujian kepada hamba-Nya. Semuanya untuk
menyeleksi dan membuktikan, apakah iman kita hanya benar-benar sejati atau
hanya di mulut saja. kita ingin di cap sebagai orang yang beriman tulen? Kita ingin
mendapatkan balasan surga di akhirat
nanti? Semuanya itu tidak mudah. Kita harus menjalani segala kehidupan dunia
yang berat ini. Jika kita lulus, semuanya itu baru boleh Anda miliki.
6. Musibah Sebagai Ladang Pahala
Sebagai contoh kecil, ketika kita sedang dalam permasalahan yang
berat, maka tak jarang kitamengeluarkan air mata untuk mengungkapkannya hingga
dengan keluarnya air mata kita tersebut maka terkadang hati menjadi terasa
lapang dan ringan.
Itulah air mata, air mata yang sudah di desain untuk dapat berperan
dalam melepaskan persolan untuk sejenak, sebenarnya air mata itu adalah permata
dan musibah itu adalah pahala. Berkah Tersamar (blessing in disguise) ini adalah suatu rahmat yang besar sekali
dari Allah bagi oang-orang yang mengetahuinya.
“Dan tidaklah penderitaan, kesedihan, duka,
kesusahan, kepayahan, penyakit, bahkan durinya menusuknya sekalipun kecuali
Allah Ingin menghapus dosa-dosanya.” (HR. Bukhari)
Jadi sebenarnya kita harus bersyukur jika diberi kemalangan. Itu tandanya
Allah telah memilih kita untuk diberikan pahala yang sangat besar.
Disadur dari buku:
A.K, Cet ke-7, 2011, Ya Allah Tolong Aku, Quanta, PT Elexmedia Komputindo, Jakarta