Penulisan Jurnalis Online

Tak banyak perbedaan mendasar dalam jurnalisme konvensional dan online. Baik itu dari sisi reportese, proses editorial dan penyajian konten dan etika jurnalistik. Isi berita, harus tetap memegang prinsip 5 W + 1 H (what, who, when, where, why + how). Medium penyajiannya saja yang berbeda.Satu disajikan dalam media kertas, gelombang radio, atau channel TV, satunya lagi melalui jejaring global. Bahasa Jurnalistik (language of mass media) juga kian penting berperan mengingat karakter bahasa jurnalistik yang lugas, ringkas, sederhana, dan mudah dipahami.

A. Nilai-Nilai Yang Dibawa Jurnalistik Online
1.Nilai egaliter
Dimana setiap individu bebas merealisasikan sumber dayanya dari mengerahkan segala potensinya untuk menggapai semua bagian dalam menentukan jalan yang disenangi. Setiap individu bebas memanfaatkan peluang berkomunikasi dengan siapa saja untuk mewarisi peradaban dunia dengan bebas dan mengaktualisasikan dirinya.

Singkatnya, manusia benar-benar tidak mengalami diskriminasi dalam menjalankan kehidupannya.Di titik ini, ketika ada sebagian masyarakat yang kurang menyetujui adanya jurnalisme online maka menjadi kurang etis karena perkembangan jurnalisme online akan terus berlanjut, mengingat perkembangan teknologi yang semakin maju dalam peradaban ini.
Oleh karena itu yang diperlukan hanyalah pengertian dari masyarakat untuk menyiapkan diri mereka menuju jurnalisme online yang lebih praktis dan cepat.

2.Nilai liberal
Dalam jurnalisme online sangat menjunjung tinggi adanya kebebasan berpendapat dan berkumpul dan berserikat. Menurut paham liberal, ini merupakan kebebasan asasi yang dimiliki oleh setiap manusia. Selain itu posisi antara masyarakat dan negara adalah setara, dalam artian bahwa negara tidak bisa mencampuri urusan atau kehidupan masyarakat.
Maka dari itu ada pembatas yang jelas antara keduanya, dimana keduanya berinteraksi secara independen. Dengan demikian, keinginan sejumalah aparat untuk menyensor jurnalisme online hanya memiliki tingkat frekuensi yang kecil.


B. Prinsip Jurnalistik Online

Menurut Paul Bradshaw dalam “Basic Principal of Online Journalism“ menyebutkan, ada lima prinsip dasar jurnalistik online diantaranya:
1. Brevity (Ringkas)
Tulisan jangan bertele-tele namun bukan berarti tulisan harus pendek, namun
tulisan yang panjang dapat diringkas dalam beberapa tulisan pendek sehingga
lebih mudah dibaca dan dipahami.
2. Adaptability (mampu beradaptasi)
Perkembangan teknologi komunikasi memaksa jurnalis harus mampu beradaptasi dengan hal tersebut. Seorang jurnalis tidak hanya mampu menulis berita tapi juga harus mampu menggunakan video, kamera dan lainnya. Tak hanya jurnalis yang harus beradaptasi, informasipun harus beradaptasi.
3. Scannabillity (mampu dipindai)
Sebagian besar pengguna situs berita online mencari sesuatu yang spesifik. Tujuh puluh sembilan persen dari pengguna melakukan scan halaman Web. Mereka mencari informasi utama, subheadings, link, dan hal lain yang membantu mereka menavigasi teks pada layar. Hal ini didasarkan asumsi bahwa pengguna tidak betah berlama-lama melihat monitor. Bradshaw menekankan pentingnya dua kata pertama sebagai judul untuk menarik perhatian pembaca.
4. Interactivity (interaktif)
Memberikan keleluasaan pada pembaca situs untuk memanfaatkan apa yang ditampilkan sesuai kehendak mereka atau dengan kata lain, membiarkan pemirsa (viewer atau reader) menjadi pengguna (user).
5. Community and Conversation
Beberapa tahun lalu, email merupakan hal yang paling populer digunakan oleh pengguna internet, namun belakangan ini mulai tergantikan dengan jaringan sosial dan pesan-pesan pendek yang menunjukkan kalau pengguna tidak hanya ingin bersikap pasif dalam menggunakan konten online. 

Gaya Penulisan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka pedoman dasar penulisan di website antara lain:
1. Buatlah judul yang sederhana (simple) dan tepat sasaran (straightforward). 
2. Buat tulisan yang membantu pembaca agar dapat memindai (scannable), misalnya dengan subjudul, highlight kata-kata penting dengan warna yang berbeda, cetak tebal, jenis huruf, ukuran huruf, hypertext/hyperlink.
3. Buatlah tulisan pendek/ringkas. Short  karena yang terpendek adalah yang terbaik (the shorter the better). Gunakan kalimat aktif (active voice), kalimat yang kuat (Strong verbs), jumlah kata paling banyak 0% dari media cetak. Satu alenia idealnya hanya terdiri dari 65 karakter.
4. Jika perlu, uraian panjang dipecah-pecah menjadi beberapa judul, sambungkan melalui multiple hyperlink. 
5. Pembaca tidak suka tulisan panjang dan harus men-scroll jauh ke bawah.
6. Gunakan tabel atau poin/angka urut ke bawah. Pembaca lebih mudah dan lebih nyaman membaca uraian berurut ke bawah daripada membaca alinea yang panjang.
7. Gunakan alinea/paragraf pendek dan jarak antar-alinea.
8. Terapkan prinsip Piramida Terbalik -- yang penting di atas, uraian selanjutnya. 
9. Gunakan bahasa sederhana dan ”informal”.
10. Contextual hyperlinking – lengkapi dengan tautan informasi terkait; memungkinkan pembaca memperkaya pengetahuan dan informasi pendukung
11. Use formatting–gunakan variasi tampilan huru atau kalimat (), misalnya dengan menggunakan daftar (list), header tebal, dan kutipan
12. Easy to read (mudah dibaca), jangan ada blok teks/alenia yang lebih dari 5 baris
13. gunakan layout yang sederhana. Tidak terlalu dinamis dengan animasi yang berlebihan.
14. hindari font yang aneh dan berwarna terang.
15. gunakan EYD/kata yang baku

Beberapa kesalahan tata bahasa yang sering terjadi :
a. ‘Dan’ – ‘Sehingga’, di awal kalimat. Hindari penggunaaan bahasa slank. Bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk “di mana”, ”dalam mana”, “dengan mana”, “hal mana”, “dalam pada itu”, “yang mana” dsb
b. Angka diawal judul-12 Orang Tewas Tertimbun Longsor. Mestinya, “Belasan Orang Tewas Tertimbun Longsor”,atau “Longsor Tewaskan 12 Orang”
c.  Kata mubazir : sementara itu, dalam rangka, perlu diketahui, seperti kita ketahui; Sebaiknya diubah menjadi : selanjutnya, adapun.
d.  Pasangan kata: baik… maupun….; tidak hanya…. tapi juga….; tidak…. tetapi; bukan… melainkan….

Para ahli dari Stanford University dan The Poynter Institute pernah melakukan penelitian tentang perilaku pembaca situs berita. Hasilnya tidak jauh berbeda dari penelitian serupa yang dilakukan oleh Jakob Nielsen yang menyimpulkan: perilaku pembaca media internet (user) adalah seperti berikut ini: 
  1. Pertama kali melihat teks (78%), bukan foto atau grafik. Secara umum, user pertama kali tertarik da judul, ringkasan tulisan, atau caption.
  2. Tidak membaca kata per kata, tetapi lebih banyak memindai (scan) (79%, hanya 16% yang membaca kata per kata) tampilan situs, terutama kata-kata yang di-highlight, jenis huruf berbeda, penyajian dengan butir-butir (numerik/bullet/numbering).
  3. Lebih menyukai judul yang tepat pada sasaran (straightforward) dibandingkan judul yang lucu atau cantik. 
  4. Membaca ringkasan atau tulisan pendek karena membaca di layar monitor komputer 25% lebih lambat dibandingkan membaca media cetak.
  5. Tidak berlama-lama di satu situs. User tidak sabaran, memiliki wewenang penuh untuk pindah atau tetap di satu situs. 
  6. Kunjungan selama 10 menit sudah termasuk lama.
 
Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Search